Oleh: Hendi Supriatna Dari Abi Umamah r.a. berkata, aku” mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ”Bacalah Ai-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu pada hari Kiamat akan memberikan syafa’at kepada pembacanya.” (HR. Muslim) عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ رواه البخاري والترمذي Usman ibn Affan ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “ Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya ”. Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (hadis no. 4639), Abu Dawud (hadis no. 1240), al-Tirmizi (hadis no. 2832), dan Ibn Majah (hadis no. 207). Hadis tersebut merupakan keharusan bagi seorang muslim belajar al-quran dan mengamalkannya. Sebab jika tidak belajar terhadap keduanya bukan seorang muslim yang taat. Apalagi mendalami tentang isi kandungan al-Quran yang begitu mendalam. Karena kedalaman inilah memerlukan tafsir yang relevan. Sebab al-Quran yang masih muzmal s
Kehidupan bisa mungkin jika dijalani dengan hidup tetap berjalan. Perjalanan menentukan dua kemungkinan bisa menjadi iya atau tidak. Kedua ini memang cukup rumit dalam menentukan apa yang sedang kita jalani dan tidak ingin kita jalani. Belajar dari ketidakmungkinan ini memang cukup meragukan. Keraguan ini menjadi jalan terbaik untuk kita disaat tidak ada lagi jala. Sebab kita tidak pernah tau apakah keraguan ini ditakdirkan atau kita bebas menentukan apa yang kita inginkan. Ketidaktauan kita sangat besar terhadap apa yang ingin kita ketahui semuanya. Berjalan dengan penuh kehampaan atau berjalan dengan harapan tetapi ia tidak bermanpaat untuk orang lain. Namun kebermanpaat itu untuk apa kita lakukan. Jika hanya sebatas bermanpaat. Apakah kebermanpaatan itu. Dengannya apakah kita bisa menemuinya setiap pagi dan sore.